taupasar.com

we read, we create and we share it.

Product Life Cycles Management | Penjelasan Siklus Daur Hidup Produk

Apa Itu Product Life Cycle atau Daur Hidup Produk?

Product Life Cycles adalah perjalanan penjualan dari suatu produk dalam masa hidupnya. Tidak hanya dibedakan berdasarkan level produk, siklus hidup produk merupakan suatu konsep pembagian penting yang memberikan pemahaman tentang dinamika kompetitif suatu produk. Suatu produk dinyatakan memiliki siklus hidup, didasari oleh kenyataan bahwa: 
  1. Produk memiliki umur yang terbatas. 
  2. Penjualan produk melalui berbagai tahap yang berbeda, masing-masing memberikan tantangan, peluang, dan masalah yang berbeda bagi penjual.. 
  3. Laba naik dan turun pada berbagai tahap siklus hidup produk 
  4. Produk memerlukan strategi pemasaran, keuangan, manufaktur, pembelian, dan sumber daya manusia yang berbeda dalam tiap tahap siklus hidup produk.
Daur hidup produk adalah gambaran umum kondisi yang bisa terjadi saat suatu produk diluncurkan. saat kita sedang merencanakan pengembangan produk, kita perlu pelajari Siklus Daur Hidup Produk nya juga sehingga kita sudah paham bahwa setiap produk pasti memiliki resiko dan peluang gagal sendiri. PLC template ini adalah gambaran paling umum bagaima proses "hidup" suatu produk digambarkan.

Product Life Cycles | Pengertian, Penjelasan dan Strategi Setiap Tahapan
Product Life Cycle Template 


Product Life Cycle Management (Manajemen Daur Hidup Produk)

Product Life Cycle Management adalah upaya perencanaan, pembuatan strategi, analisis hingga melakukan control atau evalusi terhadap siklus produk yang telah diluncurkan. Sederhananya, product life cycle management adalah dashbord untuk melakukan pemantauan kondisi produk sehingga paham strategi apa yang bisa kita terapkan untuk produk tersebut.

Konsep daur hidup produk cenderung lebih berguna untuk perencanaan strategik dan aktivitas-aktivitas pengendalian dibandingkan peyusunan ramalan/proyeksi jangka pendek dan program pemasaran. Konsep daur hidup produk sangat baik digunakan untuk menginterpretasikan dinamika produk dan pasar.

Manajemen daur hidup produk dipandang sulit diterapkan. Hal ini disebabkan dengan ketidakmampuan para pemasar untuk memastikan secara akurat dalam tahap mana persisnya sebuah produk berada pada periode tertentu. Kelemahan lainnya, yaitu kurang dapat digunakan sebagai alat prediksi karena sejarah penjualan menunjukkan pola yang beragam, dan tahap-tahapnya itu berbeda durasinya.

Setiap produk baru yang diluncurkan tentunya memiliki jangka waktu atau siklus dimana produk tersebut akan diterima di pasar. Hal ini lebih dikenal dengan sebutan Product Life Cycle (PLC) atau siklus hidup produk. Siklus hidup produk sendiri memiliki tahapan mulai dari produk diluncurkan hingga produk sudah tidak diminati oleh pasar.

Data dari siklus hidup produk ini bisa didapatkan dengan cara merekap data penjualan suatu produk. Setiap suatu tipe produk tentunya akan memiliki siklus hidup produk yang berbeda dengan tipe produk yang lain. Dengan mengidentifikasi setiap siklus hidup produk ini perusahaan dapat merencanakan langkah kedepan yang harus diambil demi hasil yang terbaik.

Ada berbagai pendapat mengenai tahap-tahap yang ada dalam PLC suatu produk. Penggolongan PLC yang Umum digunakan adalah penggolongan ke dalam empat tahap, yaitu:

a. Tahap pengenalan (introduction)

Tahap pengenalan dalam siklus pengenalan produk diawali dengan penampilan produk untuk pertama kalinya dipasar. Penjualan saat itu masih nol dan laba negatif.

Barang yang dijual umumnya barang yang betul-betul baru atau model/bentuk baru dari suatu barang. Pada tahap ini promosi yang dilakukan harus agresif dan menitik beratkan pada merek. Promosi ini ditujukan kepada pembeli potensial agar sadar akan ciri-ciri, penggunaan dan kelebihan dari produk.

Kesulitan yang mungkin terjadi pada tahap ini adalah hanya sedikit penjual yang memiliki daya dan kemampuan untuk meluncurkan produk baru.harga awal produk juga tinggi. Kesulitan-kesulitan ini membuat banyak produk gagal pada tahap perkenalan.

b. Tahap Pertumbuhan (growth)

Pada tahap ini kurva penjualan dan kurva laba semakin meningkat, meskipun begitu tahap ini merupakan tahap kritis. Produk yang sudah dikenal pasar memancing pesaing untuk masuk ke pasar sehinga persaingan semakin ketat.

Perusahaan yang ingin bertahan perlu memperkuat pasar dan mendorong terjadinya loyalitas merek. Cara yang umum dilakukan adalah memperluas dan meningkatkan distribusi.

c. Tahap Kematangan (maturity)

Tahap ini ditandaii dengan tercapainya titik tertinggi dalam penjualan dan biasanya merupakan tahap terlama dalam product life cycle. Pada tahap ini kurva penjualan mencapai puncaknya dan mulai menurun.

Tahap ini juga diartikan dengan persaingan yang ketat karena banyaknya merek yang ada di pasar. Pada tahap ini biasanya produsen menggunakan strategi bertahan (defensive strategy) dan strategi menyerang (offensive strategy).

Strategi bertahan bertujuan untuk mempertahankan pangsa pasar dari pesaing dan menjaga kelompok produk (product category) dari serangan produk subtitusi. Strategi ini menitikberatkan pada penekanan/pengurangan biaya produksi dan menghilangkan kelemahan produk.

d. Tahap Kemunduran (decline)

Pada tahap ini penjualan peruusahaan semakin bergerak ke arah penurunan. Penurunan ini antara lain disebabkan oleh perubahan selera pasar, adanya produk subtitusi dan perubahan teknologi.
Keadaan ini membuat terjadinya persaingan harga, kelebihan kapasitas dan laba perusahaan menghilang.


Pola Variasi Product Life Cycle

Kelemahan dari PLC Management yaitu kurang dapat digunakan sebagai alat prediksi karena sejarah penjualan menunjukkan pola yang beragam, dan tahap-tahapnya itu berbeda durasinya. Selain itu, banyak produk juga menemui kesulitan untuk mengetahui ditahap apa suatu produk sedang berkembang. Masalah lainnya disebabkan oleh pola daur hidup yang bervariasi yaitu ada sekitar 11 pola daur hidup yang disajikan pada Gambar

Berikut gambaran 11 Pola produc life cycle :

pola product life cycle
Pola Variasi Product Life Cycle

Keterangan Pola Daur Hidup Produk:

A = Cycle-recycle
B = Cycle-half cycle
C = Increasing sales
D = Decreasing sales
E = High plateau
F = Low pleteau
G = Stable maturity
H = Growth maturity
I = Innovative maturity
J = Growth-decline-pleteau
K = Rapid penetration

Umur suatu produk tergantung dari strategi yang dijalankan oleh agroindustri. Walaupun umur produk ada yang sangat singkat dan tidak sedikit juga produk yang memiliki umur yang relatif panjang. Kehidupan suatu produk biasanya di ukur dari tingkat penjualan dan laba yang diraih oleh produk tersebut.

Maka, melalui identifikasi posisi agroindustri dalam daur hidup produk, berbagai sasaran pokok, keputusan, masalah dan transisi organisasional yang dibutuhkan untuk masa depan dapat di antisipasi. Dengan demikian, produsen dapat merencanakan setiap perubahan yang dipandang perlu (dan tidak bersikap pasif) untuk merespon kondisi-kondisi yang telah dapat diprediksi sebelumnya.

Produk baru perusahaan mengalami rentang usia yang terbatas dan harus digantikan oleh produk yang lebih baru. Suatu perusahaan harus piawai dalam mengembangkan dan mengelola produk baru. Semua produk pasti mengalami siklus hidup mulai dari produk dilahirkan, melalui beberapa fase, dan pada akhirnya mati ketika ada produk baru yang datang dan produk baru itu dapat melayani kebutuhan konsumen dengan lebih baik.


Product Life Cycle Strategy (Strategi Penerapan Daur Hidup Produk)

Seorang Manager Marketing dituntut memiliki strategi dalam menentukan posisi dari siklus hidup produk (Produk Life Cycle) yang dijual. Identifikasi siklus hidup produk ini dapat ditentukan dengan kombinasi tiga faktor yang menunjukkan ciri, status produk dan membandingkan hasilnya dengan pola yang umum. Siklus hidup ini menghadirkan dua tantangan utama: 

1) Pertama, karena semua produk pada akhirnya mengalami penurunan, perusahaan harus mampu mengembangkan produk baru untuk menggantikan produk lama (tantangan pengembangan produk baru). 
2) Kedua, perusahaan harus mampu menyesuaikan strategi pemasarannya dalam menghadapi perubahan selera, teknologi, dan persaingan ketika produk melewati tahap tahap siklus hidup (tantangan strategi siklus hidup produk).

strategi daur hidup produk
product life cycle : marketing insider

#1. Tahap Perkenalan (Introduction)

Siklus dimulai dengan tahap pengembangan produk ketika perusahaan menemukan dan mengembangkan ide produk baru. Tahap pengenalan ditandai dengan pertumbuhan yang lambat dan laba yang rendah ketika produk didistribusikan ke pasar. Jika berhasil, produk memasuki tahap pertumbuhan, yang menawarkan pertumbuhan penjualan yang pesat dan peningkatan laba.

Berikutnya, tahap kedewasaan ketika pertumbuhan penjualan melambat dan laba stabil. Terakhir, produk memasuki tahap penurunan di mana penjualan dan laba menurun. Tugas perusahaan selama tahap ini adalah mengenali penurunan dan memutuskan apakah perusahaan harus mempertahankan, memanen, atau menyingkirkan produk. 

Strategi dalam tahap Pengenalan :
  • Strategi Peluncuran Cepat (Rapid Skimming Strategy) Yaitu saat peluncuran produk baru dengan harga tinggi dan promosi juga tinggi. Pada tahap ini perusaaan menetapkan harga tinggi untuk memperoleh keuntungan yang akan digunakan utnuk menutup biaya pemasaran. Banyak uang yang dibutuhkan untuk menarik distributor dan membangun persediaan mereka serta memberitahu konsumen tentang produk baru dan serta memberikan tester/ uji cobanya. 
  • Strategi Peluncuran Lambat (Slow Skimming Strategy) Peluncuraan produk baru dengan harga tinggi dan sedikit promosi. Harga tinggi untuk mendapatkan keuntungan, dan sedikit promosi untuk menekan biaya pemasaran. 
  • Streategi Penetrasi Cepat (Rapid Penetration Strategy) Merupakan strategi peluncuran produk dengan biaya rendah dan biaya promosi besar. Startegi ini menjanjikan penetrasi pasar yang paling cepat dan pangsa pasar yang besar. 
  • Strategi Penetasi Lambat (Slow Penetration Strategy) Merupakan Strategi peluncuran produk baru dengan harga rendah dan promosi rendah.

#2. Tahap Petumbuhan (Growth)

Selama tahap pertumbuhan, perusahaan terus mendidik konsumen dan distributor potensial. Perusahaan menggunakan beberapa strategi untuk tetap memimpin persaingan dan mempertahankan pertumbuhan pasar yang cepat.

Strategi dalam tahap Pertumbuhan :
  • Meningkatkan kualitas produk dan menambahkan keistimewaan produk baru serta gaya yang lebih baik. 
  • Perusahaan menambahkan model-model baru dan produk-produk penyerta (Produk dengan berbagai ukuran, rasa dsb dengan tetap melindungi produk utama). 
  • Memasuki segmen pasar baru (Ekspansi) 
  • Perusahaan meningkatkan cakupan distribusinya dan memasuki saluran distribusi baru. 
  • Perusahaan beralih konsep iklan dari iklan yang membuat orang menyadari produk (product awareness advertising) ke iklan yang membuat orang memilih produk (product preference advertising). 
  • Perusahaan menurunkan harga untuk menarik pembeli yang sensitive terhadap harga pada lapisan berikutnya. 

#3. Tahap Kedewasaan (Maturity) 

Tahap ini ditandai dengan tercapainya titik tertinggi dalam penjualan perusahaan. Normalnya tahap ini merupakan tahap terlama dalam PLC. Hal ini disebabkan pada tahap ini pemenuhan inti kebutuhan oleh produk yang bersangkutan tetap ada. Sebagian besar produk yang ada saat ini berada dalam tahap ini, karena itu sebagian besar strategi pemasaran ditujukan untuk produk-produk dalam tahap ini.

Baca juga : Pengembangan Produk Baru Tidak Cukup Hanya Butuh Inovatif Saja

Strategi pemasaran kreatif yang digunakan untuk memperpanjang daur hidup suatu produk disebut innovative maturity. Penjualan dalam tahap ini sangat sensitif terhadap perubahan perekonomian. Pasar semakin tersegmentasi, sehingga untuk masing masing segmen diperlukan promosi yang berbeda dengan lainnya. Umumnya tahap ini terdiri dari tiga tingkatan.
  1. Tingkat pertama disebut growth maturity, yaitu pertumbuhan penjualan mulai berkurang yang disebabkan oleh dewasanya distribusi. Tidak ada lagi saluran distribusi baru yang bisa ditambah. 
  2. Dalam tingkat kedua, stable maturity, penjualan menjadi mendatar yang disebabkan oleh jenuhnya pasar. Sebagian konsumen potensial telah mencoba produk baru yang ditawarkan perusahaan. 
  3. Pada tingkat ketiga, declining maturity, penjualan mulai menurun dan konsumen mulai bergerak ke produk lain atau produk substitusi. 
Ada dua strategi utama yang dapat diterapkan pada tahap kedewasaan, yaitu: 

a) Defensive strategy, yang bertujuan untuk mempertahankan pangsa pasar dari pesaing dan menjaga kelompok produk (product category) dari serangan produk substitusi. Bentuk strategi ini adalah berupa modifikasi bauran pemasaran untuk memperoleh tambahan penjualan. Strategi bertahan ini lebih menitikberatkan pada penekanan/pengurangan biaya produksi dan menghilangkan kelemahan produk.

b) Offensive strategy, yang lebih menitik beratkan pada usaha perubahan untuk mencapai tingkat yang lebih baik. Bentuk strategi ini dapat berupa modifikasi pasar, yaitu dengan menggaet kelompok bukan pemakai (non-user), mengintensifkan penawaran produk kepada non-user, dan merebut konsumen pesaing.

Bentuk lain dari strategi menyerang adalah modifikasi produk, yaitu mengubah karakteristik produk sedemikian rupa sehingga semakin menarik konsumen saat ini untuk membeli, dengan cara menawarkan manfaat baru dari suatu produk kepada konsumen sekarang untuk mendorong pembelian yang lebih banyak dan pemakaian yang lebih sering (usaha seperti ini sering disebut dengan product relaunching). 

#4. Tahap kemunduran (decline) 

Penjualan perusahaan yang semakin bergerak ke arah penurunan merupakan gejala tahap decline dalam PLC. Penurunan penjualan ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti perubahan selera pasar, produk substitusi diterima konsumen (baik dan dalam negeri maupun dan luar negeri), dan perubahan teknologi. Sejumlah alternatif dapat dilakukan pada tahap akhir PLC ini.

Baca juga : Mengapa sebuah produk gagal di Supermarket?

Namun perlu diperhatikan bahwa pilihan alternatif haruslah didasarkan pada kekuatan dan kelemahan perusahaan serta daya tarik industri bagi perusahaan.

Contoh Produk Life Cycle Makanan dan Consumer Goods

Siklus Daur Hidup Produk Frisian Flag

1. Tahap Perkenalan

Frisian Flag pertama kali berdiri di tahun 1870-an ketika para peternak bergabung dalam koperasi peternak sapi perah di seluruh Belanda. Pada 1913, sekitar 30 koperasi memutuskan untuk mendirikan perusahaan sendiri di Leeuwarden dan pabrik pengolahan susu yang bernama De Cooperatieve Condensfabriek Friesland (CCF) atau Pabrik Susu Kental Manis Friesland. Dikenal dengan nama Susu Bendera oleh masyarakat Indonesia, Frisian Flag telah memimpin industri susu nasional selama lebih dari 91 tahun sejak tahun 1922 di Indonesia. Tak heran jika Frisian Flag kini identik dengan susu dan pertumbuhan dari generasi ke generasi. Pada tahun 1969 pabrik Pasar Rebo mulai dibangun dan pada awal 1971, pabrik tersebut mulai memproduksi Susu Kental Manis untuk dipasarkan ke seluruh penjuru tanah air.

2. Tahap Pertumbuhan

Pada tahun 1978 PT. FRISIAN FLAG memproduksi susu bubuk di Pasar Rebo pada tahun 1978. Tahun 1988 memproduksi susu pertumbuhan pertama di Indonesia. Susu pertumbuhan ini di produksi di Pasar Rebo Tahun 1991 memproduksi susu UHT di produksi di Ciracas

3. Tahap Kedewasaan

Tahun 1998 memproduksi kemasan sachet susu kental manis Frisian Flag. Kemasan sachet ini menjadi konsumsi paling banyak di Indonesia sampai saat ini. Tahun 2010 PT. FRISIAN FLAG mengubah logo FRISIAN FLAG dengan warna yang lebih cerah, dinamis serta tulisan FRISIAN FLAG yang lebih besar di dalam lambang bendera. Hal ini dilakukan FRISIAN FLAG karena FRISIAN FLAG selalu ingin mengikuti perkembangan jaman.

Frisian Flag mulai melebarkan pemasarannya ke pulau Papua. Dan ternyata Frisian Flag di Papua penjualannya laku keras. Setelah 90 tahun tepatnya tahun 2012 Frisian Flag dan SEANUTS ( South East Asia Nutrition Survey) di luncurkan di Indonesia . Tahun 2013 Friso mulai di luncurkan di Indonesia. Tidak lama berselang tepatnya tahun 2014 FRISIAN FLAG mengganti kemasan baru berupa FF Suprima.

4. Tahap Penurunan

Sampai saat ini belum ada hal yang membuat PT FRISIAN FLAG INDONESIA mengalami kemunduran atau penurunan. Ada beberapa kebijakan yang di buat PT FRISIAN FLAG demi mensejahterakan masyarakat Indonesia.

Kebijakan yang di lakukan PT FRISIAN FLAG
  • Bekerja sama dengan sekolah di Indonesia untuk mensosialisasikan mengenai pemahan pentingnya nutrisi
  • Memberikan kesempatan untuk anak sekolah
  • mengadakan kunjungan ke pabrik.
  • Mendirikan 46 Posyandu di Jakarta Timur.

Siklus Daur Hidup Produk Ale-ale Jeruk

1.Tahap Perkenalan

Ale-ale jeruk adalah produk pertama dari PT. Tirta Alam Segar yang berdiri pada tahun 2006. Ale-ale jeruk launching pada awal tahun 2007 dengan menggunakan cup transparan dengan tujuan untuk menunjukkan kepada konsumen bahwa produknya benar-benar higenis. Pada tahun pertama produk ini masuk ke pasar penjualannya masih sedikit dan distribusinya juga masih terbatas karena masyarakat belum banyak yang mengetahui produk ini. Disamping itu juga masih banyak dilakukan penelitian tentang produk maupun kemasannya.

Promosi produk sangat agresif dilakukan melalui media masa (TV, Koran, Radio), Spanduk di pinggir-pinggir jalan, mobil yang di cat produk dan mengadakan / mengikuti event. Strategi yang digunakan oleh Wings dalam menjual produk ini adalah penetration, yaitu menjual produk dengan harga dibawah produk sejenis, kemudian menaikkan harga setelah mendapat banyak konsumen/diminati masyarakat. Pada tahap perkenalan ini berlangsung selama sekitar 1 tahun.

2.Tahap Pertumbuhan

Memasuki awal tahun 2008 Ale-ale jeruk sudah banyak diminati masyarakat dan mulai mempunyai konsumen setia. Distribusi dan penjualannya meningkat tajam sehingga laba yang didapatpun juga meningkat. Pada tahap pertumbuhan, promosi masih dilakukan tetapi tidak seagresrif seperti pada tahap perkenalan dan tujuan iklannya bukan lagi untuk mengenalkan produk tetapi untuk meyakinkan konsumen. Seiring dengan peningkatan penjualan, maka persainganpun mulai timbul, baik dari produk-produk yang terlebih dahulu beredar dipasar/merajai pasar maupun dari produk-produk yang baru masuk kepasaran. Strategi yang digunakan pada tahap ini adalah dengan meningkatkan kualitas produk, yaitu melalukan penelitian tentang rasa yang disukai masyarakat.

3.Tahap Kematangan

Tahap pergantian pertumbuhan ale-ale jeruk terjadi setiap musim hujan atau awal dan akhir tahun karena setiap musim hujan permintaan turun dan kembali naik ketika mulai berakhir musim hujan. Pada tahap kematangan Ale-ale jeruk berlangsung lebih lama dari tahap-tahap sebelumnya yaitu selama kurang lebih sekitar 2 tahun dari awal tahun 2009 sampai akhir tahun 2010.

Pada tahun tersebut ale-ale jeruk mampu merajai pasaran minuman dalam cup. Mampu menggeser posisi “Frutung” dipasaran, bahkan tidak lama kemudian “Frutang” menghilang dari pasaran. Untuk mempertahankan posisi tersebut pihak produsen melakukan beberapa inovasi diantaranya merubah warna cup yang awalnya transparan dengan sedikit gambar buah menjadi cup putih dengan print warna yang lebih menarik, selain itu perusahaan mulai memproduksi ale-ale dengan varian baru yaitu strawberry dan apel fuji.

4. Tahap Penurunan

Akibat dari mengeluarkan varian baru dengan rasa apel fuji dan strawberry, maka selera konsumen mulai berubah. Konsumen lebih menyukai rasa apel fuji dan strawberry daripada rasa jeruk. Hal ini membuat penjualan ale-ale jeruk menurun drastis sehingga ale-ale rasa jeruk tidak mampu lagi bersaing dengan ale-ale rasa apel fuji dan strawberry.

Menyadari keadaan tersebut, maka perusahaan tidak lagi fokus di ale-ale jeruk, perusahaan tidak berusaha membangkitkannya tetapi cenderung meninggalkannya, perusahaan hanya memproduksi jika ada permintaan. Sampai saat ini produk ale-ale jeruk masih beredar dipasaran tetapi sudah sangat jarang ditemui, berbeda dengan varian lain yang masih mudah ditemukan

Siklus Daur Hidup Produk Sunsilk

1. Fase Perkenalan

Di Indonesia Sunsilk pertama kali diluncurkan pada tahun 1952. Produk keluaran unilever ini adalah salah satu produk shampoo (pencuci rambut) tertua di Indonesia. Pada saat pertama kali diluncurkan produk shampoo ini dikemas dengan botol kaca.

2.Fase Pertumbuhan

Dikarenakan beberapa faktor, produk ini kurang laku di pasar Masayarakat kurang berminat untuk menggunakan produk ini karena dinilai tidak efisien disebabkan oleh penggunaan botol kaca pada kemasannya. Maka dicarilah solusi bagi masalah ini dengan menggunakan botol rancangan Internasional yang dinilai lebih effisien, pada tahun 1970 sunsilk pun diluncurkan kembali bersamaan dengan diluncurkannya varian lemon.

Pada tahun 1975 Sunsilk hitam (shampoo hitam pertama yang diperkenalkan di pasar) varian ini menjadi tulang punggung produk ini. Di tahun 1997 produk ini berkembang pesat dan membuat inovasi kembali dengan meluncurkan jajaran produk (5 varian) dengan menggunakan pendekatan varian ganda dan juga bentuk botol yang diperbaharui.

3.Fase Kematangan

Di tahun 2010 Sunsilk kembali melakukan revolusi dengan inovasinya di Industri Kecantikan Rambut. Sunsilk Bekerja Sama Dengan 7 Pakar Rambut Dunia Untuk menghasilkan Formulasi Terbaik Sunsilk Yang Menggabungkan Teknologi Tinggi Yang Dimiliki Sunsilk Dengan Ilmu Dan Pengalaman Dari Para Ahli Rambut Terkemuka Di Bidangnya.

Dengan Pakar-pakar Rambut Yang memiliki Keahlian Di bidangnya Masing-Masing Untuk Mengatas Berbagai Permasalahan Rambut, Sunsilk Membawa Solusi Bagi Para Wanita Di dunia Yang menginginkan Penampilan yang Sempurna Dengan Rambut Yang Indah dan Bebas Masalah. Dengan kerjasama yang dihitung memakan biaya yang tidak sedikit ini, membuat sunsilk menjadi produk yang paling laku di pasaran.

4. Fase Penurunan

Sampai sekarang Sunsilk tetap menjadi produk yang di primadonakan konsumen. Belum terjadi penurunan penjualan yang signifikan di pasar Indonesia. Dengan kerjasama dengan 7 pakar rambut yang dilakukan sunsilk, mereka masih tetap menguasai pasar dalam waktu yang cukup lama dan masih mampu bersaing dengan produk shampoo lainnya.

Siklus Daur Hidup Produk Nestle

1.Fase Perknelanan

Tahun 1971 Nestle resmi memulai usaha di Indonesia atas nama PT Food Specialities Indonesia. Nestle terkenal dengan produk yang dipasarkan yaitu susu kental manis.

2.Fase Pertumbuhan

Pada tahun 1972-1999 Nestle berhasil mengambil hati para konsumen dan bisa dikatakan bahwa pada saat itu produk Nestle menguasai pasar. Hingga akhirnya Nestle membuka 3 cabang yaitu pada tahun 1979, 1988, dan 1990.

3.Fase Kematangan

Akhirnya Nestle membuat inovasi pada produknya antara lain seperti nescafe, polo, fox. dan akhirnya membuka pabrik ke 4 nya yaitu pabrik yang menghasilkan MILO, Dancow dan Celerac

Nestle sangat sukses dalam mengambil hati konsumen di Indonesia, sehingga hampir semua produksinya sukses dan diminati oleh masyarakat di Indonesia. dan Nestle berhasil menentukan timing yang tepat dalam berinovasi pada produk-produknya. Hingga saat ini, Nestle masih sangat diminati oleh masyarakat di Indonesia dan terus berkembang.

Siklus Daur Hidup Produk Citra dari PT. Unilever

1.Tahap Perkenalan (Introduction)

Citra adalah merek lokal di Indonesia yang mempunyai visi untuk menjadi merek perawatan kulit lengkap yang memberikan kecantikan alami secara keseluruhan. Selama 30 tahun, Citra sudah berevolusi dan melahirkan berbagai inovasi untuk menjaga komitmennya dalam memahami serta memenuhi kebutuhan wanita Indonesia yang menginginkan kulit cantik terawat yang sehat. 1984 – 1994 Citra pertama kali dikenal oleh wanita Indonesia pada tahun 1984.

2. Tahap Pertumbuhan (Growth)

Di awal kehadirannya, Citra cukup identik dengan kandungan Mangir, yang merupakan warisan dari rahasia kecantikan puteri keraton Jawa. Dengan berbagai varian produknya seperti sabun batang, cleansing foam, serta body lotion, Citra menjaga kelembaban kulit agar tetap halus,lembut, dan kuning langsat. 1995 – 2004 Pada masa ini, Citra mulai meremajakan diri dan menyasar pangsa pasar yang lebih muda. Kesan tradisional yang dahulu sangat melekat, mulai perlahan tergantikan sesuai perkembangan zaman.

Dengan menghadirkan varian baru yang mengandung bengkoang, Citra mencerahkan kulit wanita Indonesia. 2005 – KINI Untuk memenuhi kebutuhan wanita Indonesia modern yang beragam, Citra menghadirkan formula baru yang terinspirasi dari rahasia kecantikan Asia. Kandungan seperti Beras Jepang, Royal Jelly Korea, Bubuk Mutiara Cina, Goji Berry, Teh Hijau Jepang, Rumput Laut Jepang dan Bunga Anggrek Korea yang secara turun temurun dipercaya dapet merawat kecantikan wanita, kini hadir dalam rangkaian perawatan Citra.

3. Tahap Pematangan/Pendewasaan (Maturity)

Berjalannya waktu diiringi perkembangan teknologi, produk Citra makin banyak pesaing dengan produk-produk serupa yang bermunculan di Indonesia. Akan tetapi produsen Citra mampu bertahan dengan selalu mengeluarkan produk yang lebih inovasi strategis yang berkaitan dengan konsumennya agar visi dan misi dapat terarah dengan baik

4. Tahap penurunan (Decline)

Pada tahap ini merupakan ancaman bagi produk Citra karena banyak pesaing yang memunculkan produknya dengan menyesuaikan perubahan kegiatan pesaing, seperti yang kita ketahui pada zaman sekarang ini banyak wanita yang bekerja dari pagi hingga malam. Sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk merawat dan memanjakan kulit disalon. Tentunya mereka harus mampu merawat kulitnya dengan baik, melalui cara/alternatif yang lain.

Nah.. para pesaing ini memanfaatkan keadaan perubahan kegiatan tersebut dengan memunculkan produk yang mampu merawat kulit pada siang dan malam hari terutama kulit bagian wajah. Perubahan kegiatan ini sempat memundurkan produk Citra ini karena pada awalnya produk ini terkenal hanya pada hand and body lotion.

Tetapi citra dapat mempertahankan nama produknya agar tetap dapat dikonsumsi oleh konsumen dengan mengeluarkan produk yang dapat digunakan pada area wajah bahkan bukan hanya wajah, tetapi Citra juga mengeluarkan banyak produk yang dapat digunakan diseluruh kulit tubuh wanita. Citra juga selalu melakukan inovasi pada setiap produknya
Related Posts