taupasar.com

we read, we create and we share it.

Tidak Semua Orang Adalah Target Pasar Kita!

taupasar.comTidak Semua Orang Adalah Target Pasar Kita!

Tidak ada salahnya memang jika kita mau menjual produknya ke semua orang, semua umur, semua tempat.bahkan tidak masalah laki-laki maupun perempuan. Hal itu mapir sebagian besar percaya dan mau melakukan dengan asumsi dasarnya kurang lebih birpikir "semakin banyak yang dibidik, pasti semakin besar peluang dapatnya". Benarkah yang seperti itu masih relevan saat ini? Faktanya masih banyak sekali yang menggunakannya.



Jika mau menegok sedikit lebih dalam, sebenarnya untuk menguji paradigma tadi bisa dilakukan dengan dasar ilmu marketing. Memang dalam dunia marketing tidak ada sesuatu yang baku, namun bukan berarti tidak berkonsep atau tidak bisa dianalisa.

Oleh sebab itu ntuk menajawab seberapa relevan mari kita analogikan pertanyaan sederhana tadi ke hal yang juga sederhana. Coba kita berandai - andai mempunyai produk dengan target market pria dan wanita, mungkin dari segi  sapaan dalam penawaran sosial media atau market place saja jadi membingungkan. Kita harus "Hai gaes" atau "hai sis"?

Jika mau lebih koperhensif, mari kita lirik sebuah merek besar yang memiliki target sangat spesifik. Kukubima dengan target pria dewasa butuh stamina, wardah untuk waita yang peduli label "halal" pada kosmetik atau Apple yang "pede" tetap pada target handphone kelas menegah atas meskipun mereka sadar market menegah ke bawah jauh lebih besar (secara jumlah orang).

Baca juga : Bagaimana melakukan analisa pada kompetitor kita?

Sebelum membahas lebih jauh kami pribadi sampai saat ini masih percaya dan meyakini paradigma "tidak semua orang adalah target pasar atau bisnis kita". Artinya sebelum lebih jauh membahas soal tenik dan analisa, kita harus selesai dulu dengan pertanyaan "untuk siapa produk atau service ini kita buat?". Bagaimana caranya?

Orang Orang, Teman, Bersama Sama

Tentukan kelompok konsumen yang kita bidik menjadi sasaran untuk membeli produk yang dijual. Dalam ilmu pemasaran langkah ini biasa disebut segmentasi. Secara umum segmentasi adalah cara kita membagi kelompok pasar berdasarkan kesamaan atau kemiripan. Dalam segmentasi paling umum adalah membagi gender, usia, pekerjaan dan (kadang) status sosial atau ekonomi.

Setelah ditentukan siapa calon konsumen, biasanya kita lanjutkan dengan menggali informasi lebih tajam ke target pasar kita. Informasi paling penting soal ini adalah mengenai siapa yang berpengaruh dalam kepusan pembelian produk kita. Untuk lebih jelas kami contohkan 5 pertanyaan yang sering digunakan untuk menjawab persoalan pengambilan keputusan;

  1. Pembelian ini inisiatif siapa?
  2. Pemilihan merek dipengaruhi oleh siapa?
  3. Siapa yang mengambil keputusan? 
  4. Siapa yang mengkonsumsi?
  5. Dan terakhir siapa yang keluar uang?

Mengapa menjadi penting?  perhatikan beberapa contoh berikut. Misalnya emak-emak jualan keripik pisang. Maka harus diketahui siapa yang dibidik? Laki - laki  atau perempuan? Umur berapa? Tinggal dimana?

Katakanlah yang dibidik ibu - ibu muda. Siapa yang memberikan idea kepada si ibu untuk membeli keripik pisang? Anak-anak kah? Suami kah? Teman-temannya kah?

Lalu siapa yang mempengaruhi pemilihan merek kripik pisang? Siapa yang memberi rekomendasi? Teman-teman gaul kah? Teman sekantornya kah? Karena diendors sama celebgram kah?

Lalu siapa yang memutuskan pemilihan merek? Si ibu kah? Suaminya kah?

Lalu siapa yang mengkonsumsi kripik pisang yang dibeli? Dimakan sendiri sambil nonton tivi? Dimakan sekeluarga kah?

Yang terakhir siapa yang membayar kripik pisang tersebut? Si ibu kah? Suaminya kah?

Baca juga : Bagaiamana merancang sebuah produk yang inovatif?

Direktori, Papan Penunjuk Arah, Dukungan, Pertanyaan

Nah ilustrasi tadi adalah gambaran sederhana bahwa dalam membidik sasaran pasar pun kita harus detail dan jeli. Hal ini biasanya telat disadari, banyak orang yang sudah mengeluarkan banyak biaya promosi untuk bisnisnya namun belum mendapat feedback yang signifikan seperti yang diharapkan. Bisa jadi salah satu penyebabnya karena kita lupa menjawab pertanyaan paling dasar, "siapa sebenarnya calon pembeli produk kita?'.

Penulis : Sigit Ardho
Editor : Sigit Ardho
Related Posts