taupasar.com

we read, we create and we share it.

Definisi Etika Utilitarianisme dan Teori Etika Utilitarian dalam Bisnis

Apa itu Etika Utilitarianisme?

Etika Utilitarianisme adalah suatu Etika yang berangkat dari konsep utilitarianisme berupa etika normatif yang menyatakan bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan, biasanya didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan.

utilitarianisme adalah

Bahwa dalam menjalakan bisnis harus menjalankan keputusan berdasarkan baik buruknya suatu keputusan, yaitu keputusan etis untuk utilitarianisme dan keputusan bisnis  untuk kebijaksanaan bisnis. Etika Utilitarianisme untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh  Jeremy Bentham ( 1748 – 1832 ), pada saat tersebut dia “ bagaimana menilai baik suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi dan legal secara moral.

Apa Itu Utilitarianisme?

Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility), biasanya didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. 

"Utilitarianisme" berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory).

etika utilitarianisme - pixabay

Apa Itu Teori Etika Utilitarian?

Etika Utilitarian adalah sebuah teori etika yang dikemukakan David Hume (1711–1770) dan dirumuskan secara definitif oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill (1806–1873) dan para pengikutnya.

Bentham berpendapat bahwa ada satu prinsip moral yang utama yakni “Prinsip Utilitas”. Prinsip ini menuntut agar setiap kali kita menghadapi pilihan dari antara tindakan alternatif atau kebijakan, sosial, kita mengambil satu pilihan yang mempunyai konsekuensi, yang secara menyeluruh paling baik bagi setiap orang yang terlibat di dalamnya.

Secara singkat teori Utilitarian klasik atau yang dikemukakan oleh Bentham dan Mill dapat dinyatakan ke dalam tiga pernyataan sebagai berikut:
  1. Tindakan harus dinilai benar atau salah dari sisi akibat-akibat (consequences).
  2. Untuk mengukur akibat-akibatnya, pertimbangan yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau ketidakbahagiaan yang diakibatkan, sedangkan hal atau pertimbangan yang lain tidak relevan.
  3. Kesejahteraan setiap orang dianggap sama pentingnya. Sebagaimana dikatakan Mill, bahwa Utilitarisme menuntut orang besikap keras, tidak pilih kasih, bagaikan penonton yang baik hati dan tidak pamrih (Rachels, 2008: 187–188).
Perlu diberikan catatan untuk pernyataan nomor tiga nampaknya sangat adil bermoral dan mudah diterima. Namun demikian, Ross Poole (1993: 12) memberikan catatan kelemahan dari sikap tidak pilih kasih ini dapat menyebabkan hubungan khusus bagi orang yang dekat dengan subjek pelaku. Hal itu dapat dicontohkan bahwa tidak mungkin seseorang mempermalukan secara sama antara orang lain dengan keluarga dekat seperti anak, ibu, ayah dan sebagainya.

Oleh karena itu moralitas utilitarian sama impersonalnya seperti pasar dalam pembagian imbalan–imbalan dan hukuman–hukuman. Moral utilitarian dapat menghilangkan kehangatan hubungan personal antarmanusia.

Jadi, bagaimana menilai kebijaksanaan public, yaitu kebijaksanaan yang mempunyai dampak bagi kepentingan banyak orang , secara moral di mana setiap publik selalu mengandung kemungkinan diterima dan didukung oleh pihak atau kelompok tertentu sambil ditentang dan dikutuk pihak atau kelompok lainnya.

Apalagi kebijaksanaan publik dalam banyak hal sulit memenuhi secara memuaskan kepentingan semua yang terkait secara sama. Karena , itu masalah kriteria, termasuk yang paling minimal sekali pun, yang dapat dijadikan  pegangan sekaligus pembenaran moral atas suatu kebijaksanaan publik menjadi sangat mendesak dan perlu.

Bentham lalu menemukan bahwa dasar yang paling objektif adalah dengan melihat apakah suatu kebijaksanaan atau tindakan  tertentu membawa manfaat atau hasil yang berguna atau sebaliknya, kerugian bagi orang terkait.


Kriteria dan Prinsip Etika utilitarianisme.

Dalam kerangka etika utilitarianisme kita merumuskan  tiga  kriteria objektif yang dapat dijadikan dasar objektif sekaligus  norma  untuk menilai suatu kebijaksanaan atau tindakan. Kriteria – kriteria :

a. Manfaat.

Bahwa kebijaksaan atau tindakan itu mendatangkan  mamfaat atau kegunaan  tertentu . Jadi, kebijaksanaan  atau tindakan yang baik adalah yang menghasilkan  hal yang baik . Sebaliknya, kebijaksanaan atau tindakan yang tidak baik adalah yang mendatangkan kerugian tertentu.

b. Manfaat Terbesar.

Bahwa kebijaksanaan  atau tindakan  yang mendatangkan manfaat terbesar  ( atau dalam situasi tertentu lebih besar ) dibandingkan  dengan kebijaksanaan atau tindakan alternatif lainnya. Atau kalau yang dipertimbangkan  adalah soal  akibat baik dan akibat buruk  dari suatu kebijaksanaan atau tindakan, maka suatu kebijaksanaan atau tindakan dinilai baik secara moral  kalau mendatangkan  lebih banyak manfaat  dibandingkan  dengan kerugian. Dalam sutu tertentu , jika kerugian tidak dapat dihindari, maka tindakan yang baik adalah yang akan menimbulkan kerugian terkecil.

c. Manfaat terbesar untuk siapa.

Untuk individu saya atau kelompok saya , atau untuk semua orang yang terkait , terpengaruh dan terkena kebijaksanaan atau tindakan yang akan diambil, manfaat terbesar adalah : bagi sebanyak mungkin orang.

Atas dasar  ketiga kriteria tersebut, etika utiltarianisme mengajukan tiga pegangan  sebagai berikut :
  • Suatu kebijaksanaan atau tindakan adalah baik dan tepat secara moral jika dan hanya jika kebijaksanaan atau tindakan  itu mendatangkan manfaat atau keuntungan. Itu berarti tindakan yang membawa manfaat atau keuntungan  tertentu adalah tindakan yang tepat dan baik secara moral.
  • Diantara berbagai kebijaksanaan dan tindakan yang sama baiknya , kebijaksanaan  atau tindakan yang mempanyai manfaat terbesar adalah tindakan yang baik. Tau sebaliknya, di antara kebijaksanaan atau tindakan yang sama – sama merugikan , kebijaksanaan atau tindakan  yang baik dari segi moral adalah mendatangkan  kerugian kecil atau terkecil.
  • Diantar kebijaksanaan atau tindakan  sama – sama mendatangkan  manfaat terbesar, kebijaksanaan  atau tindakan  yang mendatangkan  manfaat terbesar bagi paling banyak orang adalah tindakan  yang paling baik. Atau, diantara kebijaksanaan atau tindakan  yang sama – sama  mendatangkan  kerugian terkecil 

Nilai Positif Etika Utilitarianisme.

Etika utilitarianisme , mensitematisasikan dan memformulasikan secara jelas apa yang menurut penganutnya dilakukan oleh kita dalam kehidupan kita sehari – hari. Bahwa sesungguhnya dalam kehidupan kita, diman kita selau dihadapkan  pada berbagai alternatif dan dilema moral, kita hampir selalu menggunakan  pertimbangan – pertimbangan  tersebut di atas.

Etika ini menggambarkan apa yang sesungguhnya dilakukan  oleh orang yang rasional dalam mengambil keputusan dalam hidup ini, khususnya keputusan moral, termasuk juga dalam bidang bisnis. Merumuskan prosedur dan dan pertimbangan yang banyak digunakan dalam mengambil sebuah keputusan, khusunya yang menyangkut kepentingan banyak orang.

Nilai Positif Utilitarianisme :
  • Rasionalitas, maksudnya , prinsip moral  yang diajukan oleh etika utilitarianisme ini tidak didasarkan pada aturan – aturan  kaku mungkin tidak kita pahami dan yang tidak bisa kita persoalkan keabsahannya . Justru sebaliknya , utilatarianisme memberi kita kriteria yang objektif dan rasional mengapa satu tindakan  dianggap baik.
  • Menghargai kebebasan setiap pelaku moral. Setiap orang dibiarkan bebas untuk mengambil keputusan dan bertindak  dengan hanya memberinya kriteria objektif dan rasional.
  • Universalitas, mengutamakan manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi banyak orang. Suatu tindakan  dinilai baik  secara moral  bukan karena tindakan itu mendatangkan  manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan  bagi banyak orang. Suatu tindakan  dinilai  baik secara moral  bukan karena tindakan itu, melainkan karena tindakan itu mendatangkan  manfaat terbesar bagi semua orang yang terkait, termasuk orang yang melakukan tindakan itu. Karena itu , utilitarianisme tidak bersifat egois. Semakin banyak orang yang terkena akibat baik suatu kebijaksanaan atau tindakan , semakin baik tindakan tersebut. Jadi, etika ini tidak mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan kepentingan pribadi atau berdasarkan akibat baiknya demi diri sendiri dan kelompoknya sendiri.

Utilitarianisme sebagai Proses dan sebagai Standar Penilaian.


Secara umum etika utilitarianisme dapat dipakai dalam dua wujud yang berbeda  :

a. Etika utilitarianisme  dipakai sebagai proses sebagai proses untuk mengambil sebuah keputusan , kebijaksanaan , ataupun untuk bertindak. Dengan kata lain , etika ulititarianisme dipakai sebagai prosedur untuk mengambil keputusan. Ia menjadi sebuah metode untuk bisa mengambil keputusan yang tepat tentang tindakan atau kebijaksanaan yang akan dilakuan.

Dalam ujud etika utilitarianisme dipakai untuk perencanaan , untuk mengatur sasaran dan target yang hendak dicapai. Artinya, kriteria  etika  utilitarianisme  menjadi dasar utama dalam penyusunan program atau perencanaan , khususnya dari suatu kegiatan   yang menyangkut kepentingan banyak orang. Kriteria etika  utilitarianisme lalu berfungsi juga sebagai kriteria seleksi bagi setiap alternatif yang bisa diambil. Artinya, semua alternatif yang ada lalu dipilih berdasarkan  sejauh mana  alternative itu punya kemungkinan untuk mendatangkan manfaat terbesar bagi  sebanyak mungkin orang.

b. Etika utilitarianisme  juga dipakai sebagai standar penilaian  bagi tindakan  atau kebijaksanaan yang dilakukan . Yang paling pokok adalah  menilai  tindakan dan kebijaksanaan lalu menjadi tidak penting. Yang paling pokok  adalah menilai  tindakan atau kebijaksanaan yang telah terjadi berdasarkan akibat atau konsekuensinya, yaitu sejauh mana ia mendatangkan hasil terbaik bagi banyak orang.

Itu berarti, bisa   saja pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk bertindak bukanlah pertimbangan utilitarianisme . juga bisa saja hasil tersebut bukanlah sasaran atau target baik atau tidaknya hanya dinilai berdasarkan hasil yang dicapai, yaitu berdasarkan manfaat terbesar yang dicapai bagi banyak orang, atau sebaliknya kalau tindakannya itu dinilai jelek secara moral, berdasarkan kerugian terbesar yang ditimbulkan bagi banyak orang.
 
Analisis Keuntungan dan Kerugian Etika Utilitarianisme

Utilitarinisme sangat cocok dan sering dipakai untuk membuat perencanaan dan evaluasi bagi tindakan atau kebijaksanaan yang berkaitan denga kepentingan banyak orang. Karena itu , ia banyak dipakai , secara sadar atau tidak , dalam kebijaksanaan – kebijaksanaan  politik, ekonomi, sosial, dan semacamnya yang menyangkut kepengan  umum. Dalam pengembangan industri, peningkatan ekspor, bahkan pemberian monopoli, dan banyak kebijaksanaan serupa sering disadari atau tidak selalu digunakan dasar pemikiran kepentingan banyak orang. Kepentingan banyak orang itu dirumuskan  dalam berbagai bentuk  sesuai dengan lingkup kebijaksanaan itu : peningkatan devisa Negara , penciptaan lapangan kerja  penurunan harga dan sebagainya.

Dalam bidang ekonomi , etika utilitarianisme punya relevansi yang kuat  dengan teori optimalisasi ( dari Pareto ) : yang menilai baik buruknya  suatu sistem ekonomi . Suatu sistem ekonomi  akan dinilai  lebih baik  kalau dalam  sistem itu paling kurang satu orang akan menjadi lebih baik keadaannya dan tidak ada orang yang menjadi lebih buruk keadaannya  dibandingkan dengan  sistem lainnya. Berdasarkan prinsip ini, pasar misalnya. Berdasarkan prinsip ini , pasar  misalnya dianggap  paling baik  karena memungkinkan konsumen memproleh  keuntungan secara maksimal. Dengan kata lain , sistem nilai  lebih baik  karena  mendatangkan mamfaat  lebih besar dari dengan system alternative lainnya.

Disamping itu , etika utilitarinisme  juga relevan dalam konsep  efisiensi ekonomi. Prinsip efisiensi menekankan agar dengan menggunakan sumber  daya  ( input ) sekecil mungkin dapat dihasilkan produk ( output )  sebesar mungkin . dengan  mengunakan semua perangkat  ekonomi harus dikerahkan  sedemikian rupa untuk mencapai  hasil terbesar dengan menggunakan  sumber daya sekecil mungkin.

Dalam bidang   bisnis , etika utilitarianisme juga mempunyai  relevansi  yang sangat kuat . secara   khusus  etika ini diterapkan , secara sadar atau tidak , dalam apa yang dikenal dalam perusahaan sebagai : the best cost and benefit analisys. Yang intinya berarti etika ini pun digunakan dalam perencanaan  dan evaluasi  kegiatan bisnis suatu perusahaan , dalam segala aspek : Produksi, promosi,  Penjualan , Diversifikasi, Pembukaan cabang  , Penambahan Tenaga Kerja, Penambahan Modal , dan seterusnya.

Kelemahan  Etika  utilitarianisme.

Melihat daya tarik yang diberikan oleh etika utilitarianisme, ternyata  terdapat bantahan dan kelemahan dari etika tersebut , antara lain :

a. Manfaat merupakan sebuah konsep yang begitu luas  sehingga dalam kenyataannya praktis  malah menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit . Karena,  manfaat bagi manusia berbeda antara satu orang dengan orang yang lain, apakah yang disebut manfaat itu adalah ketentraman  ataukah kemajuan ekonomis?

Sebuah tindakan bisnis bisa sangat menguntungkan dan bermanfaat bagi sekelompok orang , tetapi yang bisa sangat merugikan sekelompok orang yang lain. Contoh : dengan adanya industri yang masuk di daerah pedesaan, sebagian orang akan senang dengan industri tersebut, yang disebabkan adanya lapangan kerja baru dan terjadinya pertumbuhan di desa tersebut, akan tetapi bagi sekelompok orang yang selama ini merasakan udara yang segar dan tidak terganggu dengan kebisingan , menjadi terganggu dan dengannya adanya debu serta terjadinya udara bising.

b. Pendekatan persoalan  klasik yang lebih filosofis sifatnya adalah bahwa etika utilitasrianisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri, dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya. Padahal , sangat mungkin terjadi suatu tindakan  pada dasarnya tidak baik, tetapi  ternyata mendatangkan  keuntungan atau manfaat.

c. Dalam kaitan dengan itu,  etika utilatrianisme tidak pernah menganggap serius kemauan atau motivasi baik seseorang. Akibatnya, kendati seseorang punya  motivasi  yang  baik dalam melakukan tindakan tertentu , tetapi ternyata membawa kerugian yang besar bagi banyak orang, tindakan ini tetap dinilai tidak baik  dan tidak etis.  Padahal , dalam banyak kasus , sering kita tidak dapat bisa meramal dan menduga secara persis konsekuensi atau akibat dari suatu tindakan . sangat mungkin  terjadi  bahwa akibat yang merugikan dari suatu tindakan tidak dilihat sebelumnya dan baru diketahui lama sesudahnya.

d. Variabel yang dinilai tidak semua bisa dikuantifikasi. Karena itu, sulit sekali mengukur dan membandingkan keuntungan dan kerugian  hanya berdasarkan veriabel yang ada . Secara khusus sulit untuk menilai dan membandingkan variable moral yang tidak bisa dikuantifikasi . populasi udara, hilangnya air bersih kenyamanan  dan keselamatan kerja , kenyaman produk , dan seterusnya , termasuk nyawa  manusia , tidak bisa dikuantifikasi  dan sulit untuk dipakai  dalam menilai baik buruknya  suatu tindakan  berdasarkan manfaat – manfaatnya. Apabila terjadi kecelakaan kerja , ada ganti uang duka, misalnya Rp. 10.000.000,- adakalanya uang tersebut bagi orang tertentu tidak ada artinya dengan nyawa yang telah hilang, atau menebus nyawa yang telah hilang tersebut.

e. Seandainya ketiga ketiga kriteria dari etika utilitarianisme  saling bertentangan , ada kesulitan  cukup besar untuk menentukan  prioritas diantara ketiga nya. Misalkan  saja tindakan A mempunyai manfaat 40 % dan dinikmati oleh 60 % persen orang. Sedangkan tindakan  B mendatangkan  manfaat 60 % tetapi dinikmati hanya 20  % sama 40 %  orang . Manakah yang harus diprioritaskan : mamfaat terbesar atau  jumlah terbesar dari orang – yang menikmati mamfat itu kendati mamfaatnya lebih kecil.

f. Kelemahan yang paling pokok  dari etika  utiltirianisme  adalah bahwa utilitarianisme membenarkan hak kelompok  minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingan  mayoritas ( criteria ke dua ). Jadi, kendati suatu tindakan merugikan bahkan  melanggar hak dan kepentingan  kelompok kecil tertentu , tapi menguntungkan  sebagian besar orang yang terkait, tindakan itu tetap dinilai baik dan etis. Artinya, etika utilitarianisme membenarkan penindasan dan ketidak adilan , tanpa menghirakan  kenyataan bahwa tidakan yang sama ternyat merugikan segelintir orang tertentu.

Jadi, suatu kebijakn bisnis akan dinilai baik dan etis kalau menguntungkan atau paling kurang tidak merugikan – sebahagian besar kelompok terkait  yang berkepentingan , kendati merugikan satu kelompok terkait yang berkepentingan . konkretnya , kendati suatu kebijaksanaan bisnis merugikan kepentinga buruh  - karena dibayar   urah- tapi kalau menguntungkan  bagi banyak pilihan lain- penyalur , pemasok,  kreditor, konsumen, dan seterusnya – kebijaksanaan ini akan dinilai baik dan etis.

Jalan keluar Etika Utilitarianisme

Dengan adanya penilaian positif dan penilaian kelemahan dari etika utilitarianisme , oleh karena itu perlu dicari jalan keluar dari perbandingan tersebut, supaya etika utilitarianisme masih bisa dipakai terutama dalm kebijaksanaan  - kebijaksanaan umum tertentu, termasuk bisnis, dengan sebisa mungkin menghindari kelemahan- kelemahannya.


Referensi : 
1. Sukrisno Agus , I Cenik Ardana , 2009 , Etika Bisnis dan profesi , Salemba Empat , Jakarta.
2. Agus Arijanto, 2014, Etika bisnis Bagi pelaku bisnis, edisi 3, PT. Rajagrafindo Persada , Depok- Jawa Barat.
3. Irham fahmi, 2013, Etika Bisnis, Teori, Kasus, dan Solusi, Alfabeta, Bandung.
4. Bambang Setiaji, 2006, Etika  Bisnis   Mup- Mus , Surakarta.

Related Posts